Author : min ipin . adiknya upin._.
Title : Love Destiny
Pairing :
      -   Dakota Rose sebagai Jasmine Rose
      -    Justin Bieber as him self
Genre : Romance sih pasti mm.. sama sedikit angst boleh tuh B), trus apalagi yah-.-a ah bingung sudahlah abaikan(?) *Aih?
rate : T aja deh
warning : gaje, abal-abal, typo(s), EYD Yang amburadul, dan penempatan tanda baca yang asal-asalan-_- *hampuraatuhnyahampura-_-*
cast :
- Dakota Rose as Jasmine
ini muka jasmine ceritanya . imut kan? kayak gue hueekk xD

- Justin Bieber as Him Self
Justin :*

- Ariana Grande as Him Self
Ariana :)



okelah happy reading^^

***

"lama sekali dia yah" seorang gadis pirang tergerai terlihat sedang diam terduduk di bangku taman. sesekali ia mengayun-ngayunkan lambat kakinya sembari bersenandung kecil sekedar menghilangkan jenuh karena pria yang bisa dibilang pujaan hatinya itu belum kunjung datang.

5 menit berlalu sepertinya ia nampak bosan. tidak berselang lama, tiba-tiba seseorang dari belakang melingkarkan tangannya ke leher gadis pirang yang sedang terduduk itu. sontak saja membuat gadis yang bernama Jasmine itupun terkejut, dan dengan gerakan lambat Jasminepun memutar kepalanya kebelakang dan menoleh. nampak seorang pria berambut Hitam dengan lengkungan senyum diujung bibirnya. senyum gadis pirang yang bernama Jasmine itu mengembang, pria yang sedari tadi ditunggunya akhirnya datang juga. pria berambut gelap yang bernama Justin itupun segera memposisikan dirinya duduk disamping Jasmine, gadis yang saat ini telah menjadi kekasihnya itu.

" Justin, sepertinya kau tidak seperti biasanya mengapa kau terlihat lesu seperti itu?" ujar Jasmine yang melihat ekspresi Justin yang tiba-tiba murung.

Justin menoleh lembut kearah Jasmine. pandangan itu tiba-tiba membuat mata Justin terlihat berkaca-kaca dan tidak berselang lama, Justin langsung memeluk erat Jasmine. Jasmine yang melihat tingkah aneh kekasihnya itupun heran. batinnya terus berpikir sepertinya firasat buruk akan terjadi. "Justin? apa ini? apa maksudnya?".

"maaf aku menjadi cengeng begini didepanmu Jasmine, j-j-ja-Jasmine mari kita akhiri hubungan ini"

DEG
sontak saja pernyataan itu membuat Jasmine terkejut seakan tidak percaya. Jasmine yang masih dalam dekapan Justinpun semakin mempererat pelukannya dan semakin menggegam erat kaus Justin. "Justin? t-tapi mengapa? aku tidak mau meninggalkanmu.. " tetesan-tetesan air mata mulai membasahi pipi cantik gadis pirang yang bernama Jasmine itu.

"aku terpaksa Jasmine, ini rumit. aku dijodohkan oleh orang tuaku dan aku tidak bisa menolak aku harus mengabulkan permintaan terakhir gadis yang akan dijodohkan itu" ucap Justin yang masih mendekap Jasmine.

Jasmine mengerutkan dahinya. "permintaan terakhir? apa maksudnya permintaan terakhir?"

"gadis yang akan dijodohkan denganku itu mempunyai penyakit kanker dan dokter bilang umurnya tidak lama lagi, dan gadis itu menyukaiku. aku sudah mencoba untuk memberitahukan kalau aku sudah punya kekasih yaitu kau, tetapi orang tua gadis itu mencegahku agar tidak memberitahukan hal itu. ia tidak mau membuat anaknya sedih dan tiba-tiba meninggal. maka dari itu aku harap kau mengerti aku melakukan ini Jasmine" lalu Justin melepaskan dekapannya dan menatap lembut kearah Jasmine. "kau tidak boleh menangis Jasmine, kita pasti bisa bersama" Justin dengan lembut mengusap air mata yang menodai pipi Jasmine.

"t-t-api—" ucapan Jasmine tergantung ketika tiba-tiba Justin mendaratkan bibirnya dengan lembut ke bibir Jasmine, sontak saja membuat Jasmine terkejut. 10 detik berlalu kehangatan itu terjadi, Justinpun melepaskannya lagi. Jasmine hanya terdiam. "Jasmine,  percayakan padaku kita akan selamanya bersama, jangan lupakan aku yah" Justin berusaha menenangkan hati kekasihnya itu. "maaf jasmine, sekarang juga aku harus pergi, jaga dirimu baik-baik yah" dan Justinpun akhirnya perlahan ia beranjak bangkit walaupun berat karena harus melepaskan kekasihnya itu. dengan mata yang berlinang air mata Justinpun akhirnya beranjak pergi meninggalkan Jasmine sendirian. Jasmine hanya tertunduk sedih. apalah daya, takdir memang begitu kejam membangunkannya dari mimpi indah yang membelenggu dalam penderitaan. Jasmine hanya bisa pasrah memandang lirih kekasihnya yang kini telah pergi, sampai jejaknya hilang menjauh.

2 jam kemudian

ia menatap jam tangan yang berwarna pink yang melingkar dipergelangan tangannya. sudah menunjukan jam 5 sore. ia sampai tidak menyadarinya bahwa ia telah menangis selama 2 jam di bangku taman semenjak Justin meninggalkannya tadi. ia menatap ke atas langit, nampak mentari telah ditelan senja meninggalkan berkas-berkas cahaya oranye menghiasi langit. kemudian iapun beranjak bangkit berdiri dari bangku taman. ia menarik nafas panjang lalu dikeluarkannya lagi dengan meninggalkan senyuman ketegaran yang melengkung di ujung bibir mungilnya. "yosh! tidak boleh cengeng! buka lembaran baru, dan membuat semuanya lebih baik" Jasminepun mulai beranjak melangkahkan kakinya pergi meninggalkan bangku taman dan mencoba memulai hidup baru tanpa Justin disisinya.

mentari telah beristirahat sejenak, kembali pada peraduannya dan berbisik kepada rembulan agar menggantikannya. sinarnya kian melenyap ditelan senja. gadis pirang yang bernama Jasmine itu melangkah lesu ditengah jalan sunyi berbintang. ia melangah lemas. tetap saja batinnya terus menjerit memanggil-manggil nama Justin yang pernah mengisi relung hatinya dan sekarang meninggalkannya.

"Aaaaaaa..."

Tiba-tiba terdengar suara jeritan tertahan entah dari mana asalnya. Jasmine menatap sekitar penuh selidik, memainkan iris matanya nan sebiru samudera itu ke segala arah berharap menemukan asal suara itu. namun hasilnya nihil! jalanan sunyi. hanya ada dedaunan kering yang berterbangan lepas terbawa hembusan angin. kemudian iapun berbalik, menolehkan kepalanya kebelakang. benar saja, nampak seorang wanita yang tengah berbaring lemah, dengan tetesan darah yang mengalir di hidungnya. sontak saja membuat Jasmine terkejut. Jasminepun segera menghampiri gadis yang terbaring lemah itu.

"t-t-tolong saya" gadis itu meronta dengan nada terbata-bata kepada Jasmine dan tidak berselang lama, gadis yang terbaring itupun pingsan.

raut wajah Jasmine kian panik. berkali-kali ia menyelidik sekitar berharap ada seseorang untuk membantu gadis yang pingsan itu. "ya tuhan tolong lah" Jasmine bolak-balik berpikir. tidak mungkin juga ia meninggalkan orang yang sedang kesulitan seperti ini. iapun semakin kebingungan dan entah apa yang harus ia lakukan dijalanan sunyi seperti ini. keadaan semakin terdesak, ah apa boleh buat Jasminepun terpaksa harus menggendong wanita itu dan dengan sekuat tenaganya ia menggendongnya sampai rumah sakit terdekat.

-oOo-

"nghhh.." ruangan bercat putih, bebauan obat-obatan yang menyegat, sudah tak salah lagi pasti ini rumah sakit. wanita yang tadi terbaring lemah itu kian menunjukan tanda-tanda kalau dia akan siuman. senyum Jasmine mengembang kepanikannya kian pudar ketika wanita itu perlahan mulai membuka kelopak matanya secara perlahan. dengan segera, Jasminepun segera bangkit menghampiri tempat tidur wanita itu.

"kau sudah siuman? syukurlah" Jasmine menarik nafas lega dengan meninggalkan senyuman khasnya yang ia sunggingkan.

wanita yang terbaring itupun langsung menggenggam tangan Jasmine. "terimakasih ya sudah menolongku. mungkin aku sudah mati jika tak secepatnya kau tolong. sekali lagi terimakasih" wanita itu berkaca-kaca.

Jasmine tersenyum dan mengangguk pelan. "oiya namaku Jasmine, siapa namamu dan mengapa kau bisa pingsan disitu dan apakah kau punya keluarga atau teman, atau kekasihmu gitu yang bisa dihubungi?" Jasmine mulai bertanya.

"namaku Ariana, entah waktu itu aku sedang jalan-jalan sebentar mencari udara segar, tiba-tiba kepalaku pusing dan tidak sanggup lagi berdiri. mungkin waktu itu penyakitku kambuh. seseorang yang bisa dihubungi? mmm... kau bisa tolong ambilkan ponselku? aku taruh di tas ku" wanita yang ternyata bernama Ariana itupun berusaha menjawab pertanyaan beruntut yang dilontarkan Jasmine.

"ponsel? ohh tunggu sebentar aku ambilkan" Jasminepun langsung merogoh tas milik Ariana untuk membantunya mengambilkan ponsel milik gadis itu. setelah sudah didapat, Jasminepun segera memberikannya pada Ariana. lalu Arianapun segera menelpon seseorang untuk memberikan kabar bahwa ia sekarang sedang dirawat di rumah sakit.

30 menit kemudian

ngookk.. (?) suara decitan pintu tiba-tiba terdengar membuat pintu terbuka kecil. nampak seseorang pria berkaus hitam dengan membawa beberapa macam buah-buahan. pandangan Jasmine dan Ariana tersorot pada sosok pria yang datang itu. mata Jasmine terbelalak ia tidak menyangka kalau pria yang datang itu adalah..

"Justin, akhirnya kau datang juga" senyum Ariana tergambar jelas pada wajah cantiknya ketika sosok yang tadi ia hubungi dengan ponselnya akhirnya datang juga.

"eh? Jasmine?" Justin terkejut ketika melihat Jasmine, kekasihnya itu juga ada diruangan tersebut.

"Justin? se-sedang apa kau disini" tanya Jasmine kepada Justin dengan raut wajah kaget.

"aku kesini karena.. karena sebenarnya dialah orang yang akan dijodohkan itu Jasmine"

DEG "j-j-adi Ariana itu? tunanganmu? benar itu Justin?" sontak saja pernyataan itu sempat membuat dada Jasmine sesak. benar-benar tidak percaya bila takdir akan berjalan seperti ini. setetes air mata mulai mengalir menodai pipi cantik Jasmine seakan tidak percaya.

Ariana hanya terdiam bingung menatap mereka. sederetan pertanyaan mulai tergambar dipikirannya. "ada apaini? mengapa Jasmine menangis? dan apa maksudnya itu?"

Justinpun langsung menggenggam tangan Ariana "maaf Ariana, maaf seharusnya ku beri tau ini dari awal, kalau ternyata aku sudah punya kekasih yaitu Jasmine"

"jadi? kalian ternyata?" Ariana sempat terkejut. tetapi bukannya marah tetapi Ariana malah tersenyum. "seharusnya aku yang meminta maaf kepada kalian. aku sudah menghancurkan hubungan kalian. maafkan aku yah" Ariana lalu menggenggam tangan Jasmine dan mempertemukannya ke tangan Justin "nah kalian harus bersama. buat Justin tolong jaga Jasmine baik-baik yah dia gadis yang baik, sudah rela menolongku. tolong jangan sakiti hatinya lagi Justin" lalu Ariana menatap Jasmine lalu tersenyum "buat Jasmine, tolong acara pernikahan yang sudah siap dilaksanakan besok, kau mau kan menggantikanku menjadi pengantin wanitanya ya? aku mohon kau mau yah"

Jasmine terenyum kepada Ariana dengan mata berkaca-kaca "tidak Ariana, aku tidak berhak mengambil hak yang bukan milikku. toh kan kalian yang akan menikah, bukan aku"

"tolonglah Jasmine, soalnya aku akan pergi" Ariana tertunduk murung.

"pergi? apa maksudnya Ariana?" Jasmine menaikan sebelah alisnya. Merasakan sepertinya firasat buruk akan terjadi.

"entah, aku punya firasat kalau aku akan meninggal hari ini juga. entah sedari tadi aku mencium bebauan bunga-bungaan yang khas mungkin cuma aku saja yang menciumnya, dan entah perasaanku menjadi tenang seperti ini. Jasmine, kira-kira surga itu seperti apa yah?" Ariana menatap langit cerah yang terlihat karena jendela ruangan yang terbuka, membayangkan seperti apa keadaan surga itu.

Jasmine tak kuasa mendengar perkataan Ariana. lalu dengan air mata yang berlinang Jasmine langsung memeluk erat Ariana. "Arianaaa.. tidak, kau tidak boleh pergii .." Jasmine menangis tersedu-sedu dan mempererat pelukannya lagi dengan Ariana.

"tidak Jasmine, mungkin ini sudah saatnya. sekali lagi terimakasih atas kebaikanmu dan tolong jaga amanatku yang tadi yah. selamat tinggal Jasmine, Justin. aku akan bahagia jika kalian bahagia. T-ha-nk you" tiba-tiba tubuh Ariana melemas.

"a-a-Ariana? kau baik-baik saja?" Jasminepun melepaskan dekapannya dan iapun terkejut melihat Ariana terlihat tenang memejamkan matanya dengan kulit yang sudah memucat dan tubuhnya menjadi dingin.
"Jasmine, ada apa dengannya?" tanya Justin yang mulai panik. tapi Jasmine hanya menggeleng lirih.

lalu Jasmine sekali lagi memastikan keadaan Ariana. Jasminepun menggapai tangan Ariana yang dingin dan lemas. benar saja! nadinya tida berdenyut dan itu tandanya dalam dekapan Jasmine pula, Ariana menghembuskan nafas terakhirnya. dan memejamkan matanya untuk selama-lamanya. "sepertinya ia sudah tenang dialam sana Justin"

"j-j-adi Ariana, meninggal?"

-oOo-

rasa duka dan haru menyelimuti pemakaman Ariana yang telah terpejam untuk selama-lamanya. ruh nya telah terbang ke surga meninggalkan raganya yang tak bernyawa. meninggalkan segelintiran duka yang teramat bagi orang-orang yang mencintainya. akhirnya iapun terbaring di tanah menikmati tempat peristirahatan terakhir yang paling abadi. isak tangispun beradu riuh menjadi satu.

keesokan harinya Jasmine dan Justinpun mengabulkan amanat yang diberikan Ariana bahwa acara pernikahan yang sudah direncanakan untuk Ariana dan Justin tidak boleh batal dan akhirnya Jasminelah yang menggantikan Ariana sebagai pengantin wanitanya.

dengan balutan gaun manis berwarna putih dan manik-manik yang mengiasi, dan riasan make-up yang tergores melukis wajah cantik nan elok Jasmine. ia nampak anggun berjalan di tengah karpet merah yang disaksikan ratusan pasang mata yang takjub melihat keindahannya. Jasminepun menggandeng lengan Justin yang telah rapih memakai jas pernikahan. bah ratu dan raja mereka berjalan ditengah sekeliling riuhan tepuk tangan yang menggema menjadi satu yang melahirkan kebahagiaan tersendiri untuk kedua insan tersebut.

"will you marry me?" Justin berlutut di depan Jasmine ditengah ratusan pasang mata yang tersorot bahagia pada mereka berdua.

"yes i will Justin" Jasmine meneteskan air mata. air mata yang menandakan kebahagiaan atas apa yang ia rasakan hari ini. senyum kebahagian tak luntur-lunturnya terlukis diwajah cantiknya.

tepuk tangan sekali lagi beradu riuh. kabahagian dan keceriaan terpancar pada hari ini. Justin lalu memeluk bahagia Jasmine, dan mereka menjalin kehidupan baru bersama. dan hidup bahagia selamanya.

END

terimakasih yang sudah mau baca :* muehehehe pasti gk ngerti kan jalan ceritanya? gaje ya ini?
wassalam-_-


ini muka jasmine ceritanya . imut kan? kayak gue hueekk xD
ini muka jasmine ceritanya . imut kan? kayak gue hueekk xD
Justin :*
Justin :*
Ariana :)
Ariana :)

0 komentar:

Posting Komentar

.
,